Inpago Unsoed 1: Padi Gogo Aromatik Toleran Kekeringan
Padi varietas Inpago Unsoed 1 merupakan padi gogo aromatik yang toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan wereng.
Varietas ini sangat sesuai ditanam pada musim sadon atau musim tanam II, peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto berhasil menemukan varietas padi gogo unggul yang tahan terhadap kekeringan.Padi varietas Inpago Unsoed 1 merupakan padi gogo aromatik yang toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan wereng. Hal itu diungkapkan Dekan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, Dr Ir Anisur Rosyad, MS disela-sela panen padi demontrasi plot (Demplot) padi varietas Inpago Unsoed 1 di Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Sabtu (11/3/2017). Varietas ini sangat sesuai ditanam pada musim sadon atau musim tanam II, peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto berhasil menemukan varietas padi gogo unggul yang tahan terhadap kekeringan.
Inpago Unsoed I ini sudah dipatenkan. Hak Paten untuk tanaman disebut berupa hak PVT (Hak Perlindungan Tanaman). Tujuan pemberian Hak Paten (HKI) adalah melindungi penemu (inventor) dari plagiasi, pencurian, dan pelanggaran lain yang merugikan penemu secara ekonomi.
“Walaupun Inpago Unsoed 1 sudah dipatenkan, Unsoed sebagai pemegang hak paten tetap mengijinkan para petani untuk memproduksi benihnya,”, katanya.
Petani tanpa harus membayar royalty yang menjadi kewajibannya. Bahkan Unsoed mengajari para petani untuk menangkarkan benih padi Inpago Unsoed 1 ini sampai menghasilkan benih bersertifikat.
“Ini adalah bentuk komitmen Unsoed dalam membantu memajukan pengetahuan dan keterampilan petani. Artinya, Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed 1 akan memberikan harapan baru petani, karena petani tidak harus membayar royalti,” kata Anisur.
Bupati Purbalingga Tasdi menyambut baik kerjasama Unsoed dengan para petani di Purbalingga dalam upaya ketahanan pangan. Bupati juga mengapreasiasi Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui Kodim yang ikut mengawal budidaya tanam padi milik petani mulai dari penanaman, pemberantasan hama penyakit hingga panen.
“Bung Karno pernah mengatakan, persoalan pertanian adalah persoalan hidup dan matinya bangsa. Oleh karenanya persoalan pertanian menjadi tanggungjawab semua pihak, termasuk pihak akademisi seperti Unsoed, TNI dan pihak lainnya,” kata Tasdi.
Tasdi juga mengapreasiasi para petani yang mendukung surplus beras di Purbalingga. Target surplus beras tahun ini optimis bisa tercapai dengan dukungan semua pihak.
“Purbalingga jangan sampai kebanjiran beras impor, tapi harus bisa surplus beras,” kata Tasdi.
Sementara itu ketua Gapoktan Sri Waluyo Tani Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, Mashuri mengungkapkan, para petani menyukai varietas padi Inpago Unsoed 1 karena anakannya banyak dan hampir semuanya produktif, malainya panjang, dan jumlah gabah per malainya.
Keistimewaan lain adalah daun benderanya yang tetap hijau meskipun kekurangan pupuk dan air, serta relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Daun bendera yang tidak menguning menjadikan pengisian bijinya akan berlangsung optimal, sehingga semua bijinya bisa terisi penuh sampai ke bagian leher malai.
“Jika dibanding varietas lain yang dibudidayakan petani di sekitar lokasi demplot, produksi benih lain bukan Inpago Unsooed 1 banyak mengalami gangguan dalam hal ketersediaan hara dan hama-penyakit tanaman,” kata Mashuri.
Share this post